Ahmad Fauzan - AFSOM


Metode Advanced First Order Second Moment (AFOSM) yang dikembangkan berdasarkan interpretasi geometri atas fungsi kinerja FK(X) yang linier. Pada laporan ini akan dihitung peluang keandalan dan kegagalan dari struktur tiang baja bujur sangkar dengan menggunakan metode Advanced First Order Second Moment (AFOSM). Sejumlah asumsi sengaja diberikan untuk mempermudah perhitungan. Sebelum dilakukan perhitungan, ditentukan terlebih dahulu basic variables yang digunakan serta parameter-parameter statistik yang mempengaruhi variabel-variabel tersebut. Setelah indeks keandalan dihitung dengan menggunakan kedua metode tersebut, selanjutnya akan dianalisa, dibandingkan untuk kemudian disimpulkan.
Bagian ini juga menjelaskan pemodelan sistem dengan model Monte Carlo. Pemodelan ini berkaitan dengan model probabilistic suatu event atau kejadianberdasarkan history atau sejarah kejadian yang telah terjadi (recorded data).  Metode Monte Carlo merupakan dasar untuk semua algoritma dari metodesimulasi yang didasari pada pemikiran penyelesaian suatu masalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dengan cara memberi nilai sebanyak-banyaknya (nilai bangkitan/Generated Random Number) untuk mendapatkan ketelitian yang lebih tinggi. Metode ini menganut system pemrograman yangbebas tanpa telalu banyak diikat oleh rule atau aturan tertentu.Metode Monte Carlo merupakan dasar untuk semua algoritma dari metode simulasi yang didasari pada pemikiran penyelesaian suatu masalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dengan cara memberi nilai sebanyak-banyaknya (nilai bangkitan/Generated Random Number) untuk mendapatkan ketelitian yang lebih tinggi. Metode ini menganut system pemrograman yang bebas tanpa telalu banyak diikat oleh rule atau aturan tertentu.



Permasalahan yang akan dibahas dan diselesaikan dalam laporan ini adalah:
  1. Seperti apakah persamaan moda kegagalannya?
  2. Apa sajakah basic variables yang digunakan dalam perhitungan indeks keandalan struktur rangka batang (truss)tersebut?
  3. Apa sajakah random variable yang digunakan dari variabel yang telah dipilih di atas?
  4. Berapakah indeks keandalan struktur monopod dengan menggunakan metode Advanced First Order Second Moment (AFOSM)?
5.      Bagaimana konsep dasar metode Monte Carlo dalam memformulasikan masalah ?

Tujuan dari laporan ini adalah:
  1. Untuk mengetahui seperti apakah persamaan moda kegagalan.
  2. Untuk mengetahui basic variables apa saja yang digunakan dalam perhitungan indeks  keandalan struktur tandon tersebut.
  3. Untuk mengetahui random variables apa saja yang digunakan dari variabel yang telah telah dipilih di atas.
  4. Untuk mengetahui berapakah indeks keandalan struktur dengan menggunakan metode Advanced First Order Second Moment (AFOSM).
  5. Mengetahui berapakah indeks keandalan struktur dengan menggunakan metode Monte Carlo.

Batasan masalah yang digunakan dalam pengerjaan laporan ini adalah diketahui bahwa ukuran baja bungkur sangkar ini adalah struktur rangka panjang sebesar 2 m dengan tebal 1.

Manfaat yang dapat diperoleh dalam pengerjaan laporan ini adalah untuk membandingkan nilai keandalan dengan menggunakan aplikasi dari metode Advanced First Order Second Moment (AFOSM) dan Monte Carlo dalam struktur, dalam hal ini adalah tiang baja bujur sangkar.

            Sistematika penulisan laporan ini dimulai dengan bab satu yang berisi pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang penelitian yang akan dilakukan, perumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam tugas akhir ini, manfaat yang diperoleh, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan.
Dasar teori yang menjadi sumber referensi dalam laporan ini dibahas dalam bab dua. Secara rinci bab dua ini berisikan dasar-dasar teori, rumus-rumus dan code yang digunakan dalam penelitian tugas akhir.
            Bab tiga pada penulisan laporan tugas akhir ini menjelaskan metodologi penelitian yang digunakan untuk mengerjakan tugas akhir. Penjelasan tentang langkah-langkah yang ada dan data-data yang digunakan dalam penelitian.
            Analisa penelitian dalam tugas akhir ini akan dibahas dan diterangkan pada bab empat. Bab ini akan membahas pengolahan data hasil dari perhitungan hingga menghasilkan kesimpulan yang menjadi tujuan dari tugas akhir. Dimana kesimpulan beserta saran yang diperlukan untuk penelitian lebih lanjut dari tugas akhir akan diterangkan pada bab lima.













BAB II

2.1       Analisa Keandalan.
Keandalan sebuah komponen atau sistem adalah peluang komponen atau sistem tersebut untuk memenuhi tugas yang telah ditetapkan  tanpa mengalami kegagalan selama kurun waktu tertentu apabila dioperasikan dengan benar dalam lingkungan tertentu (Rosyid dan Mukhtasor, 2007). Dalam konsep keandalan, suatu masalah akan didefinisikan dalam hubungan permintaan dan penyediaan, yang keduanya merupakan variabel-variabel acak. Peluang  terjadinya  kegagalan  suatu  rancangan,  dimana  penyediaan  (ketahanan  atau kekuatan sistem) tidak dapat memenuhi permintaan (beban yang bekerja pada sistem) (Ang dan Tang 1985).
Pemakaian konsep analisa keandalan yang didasarkan pada metode probabilistik telah berkembang  dan  semakin  penting  peranannya  terutama  untuk  memecahkan  masalah-masalah dalam perancangan praktis (Baker dan Wyatt 1979). Kecenderungan ini salah satunya dikarenakan adanya kerusakan yang terjadi pada sistem rekayasa yang disebabkan oleh intraksi panas, beban statis maupun beban dinamis dapat dijelaskan secara lebih baik dengan konsep ini.
Dalam konsep ini perancang dapat menggambarkan suatu sistem dengan segala hal yang mempengaruhi  atau  mengakibatkan  kerusakan  pada  sistem  tersebut  misalnya  kondisi pembebanan, ketahanan struktur, kondisi lingkungan yang lebih mendekati keadaan yang sebenarnya  karena  melibatkan  aspek  ketidakpastian  dalam  analisanya.  Dalam    analisa keandalan sistem struktural maka perlu untuk mendefinisikan ketidakpastian yang diterima oleh struktur. Cristenson dan Yoshida Murotshu (1985) membagi ketidakpastian dalam 3 kelompok yaitu :
1)      Ketidakpastian fisik, adalah ketidakpastian yang berhubungan dengan keragaman(variability) fisik seperti : beban, sifat material, dan ukuran material. Keragaman fisik ini hanya bisa dinyatakan dalam data sampel, dengan pertimbangan praktis dan ekonomis.
2)      Ketidakpastian  statistical,  adalah  ketidakpastian  yang  berhubungan  dengan  data yang  dibuat  untuk  membuat  model  secara  probabilistik  dari  berbagai  macam keragaman fisik diatas.
3)      Ketidakpastian model, yaitu ketidakpastian yang berhubungan dengan tanggapan dari jenis struktur yang dimodelkan secara matematis dalam bentuk deterministik atau   probabilistik.   Ketidakpastian   yang   terjadi   disini   merupakan   hasil   dari penyederhanaan dengan memakai bermacam-macam asumsi, kondisi batas yang tidak diketahui, dan sebagai hasil dari pengaruh interaksi ketidakpastian yang tidak tercakup dalam model.
Dalam perancangan struktur bangunan lepas pantai akan banyak dijumpai ketidakpastian yang mempengaruhi sistem bangunan diantaranya :
1)      Ketidakpastian pada beban yang disebabkan gelombang laut yang selalu berubah- ubah.
2)      Ketidakpastian pada sifat material seperti tegangan luluh (yield strenght). Kekuatan lelah  (fatigue  strengh),  kekasaran  takik  (notch  toughness)  dan  tingkat  korosi (corrosion rate) .
3)      Ketidakpastian  dalam  menganalisa  bangunan  yaitu  dalam  analisa  respon  atau analisa  keadaan  batas.  Dalam  analisa  tersebut  pasti  akan  melibatkan  beberapa asumsi, pendekatan ataupun idealisasi model matematis dari lingkungan fisik dan tanggapan bangunan terhadap lingkungan tersebut.
Adanya   beberapa   keragaman   pada   kualitas   bangunan   yang   berhubungan   dengan pengawasan pekerjaan di lapangan seperti operasi pengangkatan pipa, penggantian pipa, dan sebagainya yang disebabkan oleh kesalahan manusia. Faktor ini mempunyai pengaruh yang sangat penting pada kekuatan  bangunan.

2.1.2.   Jenis Metode Analisa Keandalan
Metode analisa keandalan yang ada hingga saat ini adalah:
1.   Metode Analisa Keandalan Level – 0
Dalam metode ini tingkat keandalan struktur dinyatakan berdasarkan pada struktur elemen dasar dengan menggunakan faktor keamanan parsial atau  koefisien parsial, yang berhubungan dengan karakteristik awal dari perubahan beban dan struktur utama. Metode level – 0 ini pada dasarnya bukan merupakan metode analisa keandalan, tetapi metode untuk perancangan atau pemeriksaan keamanan struktur.
2.   Metode Analisa Keandalan Level – 2
Metode   ini   menggunakan   prosedur   pendekatan   iterasi   untuk   memperkirakan probabilitas  kegagalan  dari  suatu  struktur  atau  sub-struktur.  Biasanya  memerlukan idealisasi jenis keruntuhan dan dilakukan dengan menyederhanakan perubah-perubah distribusi probabilitas gabungan.
Metode  ini  memiliki  sebuah  sebuah  titik  tunggal  sebagai  pengecekan  pada  bidang kegagalan  (failure  surface).  Bidang  kegagalan  adalah  sekumpulan  perubah  dasar  X  = (X1,X2,…….,Xn) yang bisa didefinisikan dan dinyatakan dalam perubah dasar n dimensi ω (n- dimensional basic variabel space ω ).
Bidang kegagalan adalah bidang yang membagi ruang perubah acak menjadi 2 daerah yaitu sebuah daerah kegagalan (failure region ωt) dan sebuah daerah aman  (safe region ωs). Bidang kegagalan secara matematis bisa dinyatakan dengan persamaan bentuk :
                                                                  
Harga positif dari persamaan diatas menunjukkan sejumlah perubah dasar yang aman (daerah aman) dan harga yang tidak positif menunjukkan himpunan perubah pada daerah yang tidak aman (daerah kegagalan).

Sistem  dari  keandalan  pada  dasarnya  dapat  ditunjukkan  sebagai  problematika  antara Demand (tuntutan atau beban) dan Capacity (kapasitas atau kekuatan). Secara tradisional didasarkan atas safety factor (angka keamanan) yang diperkenankan. Ukuran konvensional untuk angka keamanan adalah perbandingan antara asumsi nilai nominal kapasitas, X*, dan beban, Y*, yang dirumuskan sebagai berikut:
                                                                                           
Mengingat nilai nominal dari kapasitas, X* dan beban, Y* tidak dapat ditentukan dengan pasti, fungsi-fungsi kapasitas dan beban perlu dinyatakan sebagai peluang sebagimana ditunjukkan pada Gambar 3.2. Dengan demikian, angka keamanan dinyatakan dengan perbandingan  Z =X/Y dari dua variabel acak X dan Y.
Gambar 2.2. Fungsi Kerapatan Peluang (fkp) dari Kapasitas X dan Tuntutan Y (Rosyid,2007)
Ketidakmampuan suatu sistem untuk memenuhi tuntutan dan tugasnya, yang diukur dengan peluang kegagalan, dapat dihubungkan dengan bagian dari distribusi angka keamanan yang nilainya kurang dari satu, yaitu porsi dalam dimana Z = X/Y ≤ 1 (lihat Gambar 3.3). Peluang kegagalan sistem, Pf diberikan dengan persamaan:
                                                                        
Dimana FZ adalah fungsi distribusi kumulatif dari Z. Dengan pernyataan lain, peluang sistem untuk tidak gagal (keandalan) adalah :
                                                                         
Ketika distribusi peluang bersama (joint probability distribution) dan X dan Y diketahui, keandalan sebuah sistem dapat dihitung berdasarkan fungsi distribusi kumulatif dari X / Y. Peluang kegagalan nol ( ) dan keandalan 100 (K=1) hanya terjadi ketika tuntutan maksimum Ymax tidak melewati kapasitas minimum Xmin, sehingga kedua distribusi tidak saling overlap.
Gambar 2.3. Fungsi Distribusi Kumulatif dan Fungsi Kerapatan Peluang pada Angka Keamanan Z = X/Y (Rosyid, 2007)

Jika demand maksimum Ymax melampaui kapasitas maksimum Xmin, distribusi keduaduanya akan mengalami overlap dan probabilitas kegagalan tidak lagi bernilai nol. Untuk menilai probabilitas, dapat diambil perbedaan diantara kapasitas dan beban, yang biasanya disebut dengan margin keamanan atau safety margin, S :
                                                                                                     
Oleh karena nilai X dan Y adalah acak, margin keamanan juga merupakan perubah acak. Ketidakmampuan suatu sistem untuk memenuhi tuntutannnya, yang diukur dengan peluang kegagalan Pf , dapat diperkirakan menggunakan fungsi kerapatan peluang dari margin keselamatan, yaitu pada bagian dimana S bernilai negatif, atauS = X Y ≤ 0. Sehingga dapat dituliskan :
                                                                   
Dan sebaliknya, keandalannya adalah
                                                       




2.1.5.   Indeks Keandalan
Cara untuk mengukur keandalan adalah dengan cara menggunakan indeks keandalan β , yang didefinisikan sebagai perbandingan antara nilai rata-rata dan nilai simpangan baku dari margin keselamatan, S, yaitu:
                                                                                                          
Jika menggunakan nilai kristis margin keselamatan, S = 0, dan jaraknya dengan nilai rata-rata margin keamanan μs, maka indeks keandalan ini dapat diinterprestasikan sebagai jumlah kelipatan simpangan baku σs pada jarak ini. Artinya, jarak antara S = 0 dengan μs ini dapat dibagi menjadi beberapa simpangan baku. Semakin panjangnya, relatif terhadapsimpangan baku, maka semakin besar indeks keandalannya. Selanjutnya, indeks keandalanjugaberbanding terbalik dengan koefisien variasi margin keselamatan, atau dapatdituliskanβ = 1/Vs .
Untuk menghasilkan ekspresi yang lebih umum atas indeks keandalan, dapat digunakan persamaan yang secara sepensitas dibahas pada bagian sebelumnya. Mengingat , dan , maka :
                                                                        
Dimana ρxy adalah koefisien korelasi diantara kapasitas dan beban. Oleh karena itu,indeks keandalan adalah maksimum jika ρxy = +1 dan minimum jika ρxy = -1. Untuk X dan Y terdistribusi normal, maka peluang kegagalan adalah:
                                                                                                
dan
                                                                                                     
Persamaan diatas juga dapat digunakan untuk menghitung peluang kegagalan jika diantara X dan Y atau keduanya mengikuti distribusi non-normal. Misalnya, jika kapasitas dan tuntutan atau beban mengikuti distribusi lognormal, maka ln(X) dan ln(Y) adalah terdistribusi normal, Persamaan indeks keandalan dalam kasus ini menjadi:
                   
2.1.6 Metode Advanced First Order Second Moment (AFOSM)
Metode AFOSM adalah suatu metode yang merupakan pengembangan metode MVFOSM. Metode MVFOSM, khususnya yang menggunakan pendekatan ekspansi Taylor, memiliki kelemahan pokok, yaitu Inkonsistensi b. Ini disebabkan karena (1) ada ketidakpastian pada titik linierisasi yang harus dipilih, dan (2) bila fungsi kinerja FK(X) ditulis secara berbeda (namun sevara matematis ekuivalen) untuk mode kegagalan yang sama akan diperoleh indeks keandalan b yang berbeda.
Untuk mengatasi persoalan ini, Hasofer dan Lind mengajukan metode AFOSM yang dikembangkan berdasarkan interpretasi geometri atas fungsi kinerja FK(X) yang linier. Apabila semua perubah dasar X ditransformasikan menjadi prubah dasar baku Z (dengan mXi=0 dan sXi =1) melalui transformasi berikut:
                                                                                    
Maka indeks keandalan b adalah jarak terdekat dari titik origin 0 ke bidang kegagalan (failure surface) FK(X) = 0. Interpretasi ini dipakai untuk menentukan titik linierisasi untuk fungsi kinerja FK(X) nonlinier. Melalui transformasi dengan persamaan di atas mXi dipetakan ke titik 0 dalam ruang perubah acak baku Z.
Gambar 2.1.6 Indeks keandalan untuk fungsi kerja nonolinier

Relasi dalam persamaan: mi = FK (Xo) + S d FK(Xi – X0)
                                                                       d Xi
Berlaku untuk indeks keandalan b menurut Hasofer dan Lind ini, apabila semua perubah dasar X terditribusi secara normal Gaussian. Perhitungan untuk menentukan b apabila FK(X) nonlinier harus dilakukan secara iteratif.
Apabila didefinisikan sebuah vector normal satuan a yang tegak lurus terhadap bidang singgung di titik A pada bidang kegagalan FK(Z) = 0, maka jarak dari titik 0 ke A adalah ba, dan Zi= bai. Dalam ruang umum berdimensi n, maka  dan indeks keandalan β adalah jarak yang ditentukan dengan menyelesaikan n+1 persamaan berikut:
FK()=0                                                            
                                                      
Dimana k adalah resultan panjang vektor satuan yang dipakai sebagai pembagi untuk memperoleh vektor satuan arah Zi; n adalah jumlah peubah dasar . konstanta k dihitung sebagai berikut :















BAB III
































 








































Gambar 3.1     Metodologi Pengerjaan


BAB IV

Diketahui :
Struktur rangka batang (truss) terbuat dari mild steel, dengan :
·         b = 10 m
·         h = 10 m
·         l = 5 m
Diperkirakan rangka batang (truss) untuk mencegah Buckling kolom. Jika diketahui fungsi  keselamatan sebagai berikut :
Dimana P adalah berat tiang bujur sangkar beserta volumenya. Jika diketahui statistik variabel dalam M sebagai berikut ini :
Keterangan
Rata m
Standard Deviasi s
E
2,1 x 103 kPa
210 kPa
I
8,3 x 10-6 m4
4,2 x 10-6 m4
P
50 kN
5 kN

Ukuran panjang, lebar dan tinggi baja bujur sangkar tersebut adalah 10 cm.
Pembahasan Masalah dengan Metode Advanced First Order Second Moment.
Tidak ada korelasi variabel satu dengan variabel yang lain.
Mencari nilai I dari data yang diketahui terlebih dahulu dengan rumus:
I = 1 (h3) b
     12
 
  = 1 (0,1)4
     12
  = 8,3 x 10-6  m4

Persamaan moda kegagalan :
M >0, sukses
            M < 0, gagal
Normalisasi variabel :
E = mE + sE  Z1
I = mI + sI  Z2
P = mp + sp  Z1
maka :
mE + sE  Z1 = 2,1 x 103  + 210  Z1
mI + sI  Z2 = 8,3 x 10-6 + 4,2 x 10-6  Z2
mp + sp  Z1 = 50 + 5 Z3

Jadi,
M = 246,49 EI – P = 0
0 = (246,49 (2,1 x 103  + 210  Z1)( 8,3 x 10-6 + 4,2 x 10-6  Z2) ) – (50 + 5 Z3)
0 = (246,49 (17,43 x 10-3 + 882 x 10-6 Z1 Z2 + 8,82 x 10-3 Z2 + 1743 x 10-6 Z1)) – (50 + 5 Z3)
0 = (4,3 + 2,17 Z2 + 4,3 x 10-2 Z1 + 2,17 x 10-5 Z1 Z2) – (50 + 5 Z3)
0 = (4,30 + 2,17 α2β + 0,43 α1 β + 0,217 α1α2 β2) – (50 + 5 α3β)
0 = 4,30 + 2,17 α2β + 0,43 α1 β + 0,217 α1α2 β2 5 α3β
Maka diperoleh persamaan :
b =                                      -4,3                                               
               2,17 α2 + 0,43 α1  + 0,217 α1α2 β –  5 α3

α1 =    - 1 (4,3 + 2,17 α2β)
            k
α2 =    - 1 (2,17 + 0,217 α1β)
            k

α3 =    - 1 (-5)
            k

k = ((4,3 + 2,17 α2β)2 + (2,17 + 0,217 α1β)2 +(-5)2)





Kemudian dilakukan iterasi :
Iterasi
ß
α1
α2
α3
k
0
0,90
0,50
0,40
0,30
5,62
1
11,38
-0,22
-0,40334
0,89
10,88
2
0,83
0,88
-0,15050
0,46
5,52
3
1,89
-0,03
-0,42178
0,91
5,60
4
0,79
0,23
-0,38540
0,89
5,47
5
0,82
0,04
-0,40389
0,91
5,46
6
0,79
0,05
-0,39871
0,92
5,46
7
0,79
0,05
-0,39911
0,92
5,46
8
0,79
0,05
-0,39892
0,92
5,46
9
0,79
0,05
-0,39893
0,92
5,46

Grafik Advanced First Order Second Moment (AFOSM)
Maka, indeks keandalannya : β = 0,79
Peluang keandalan : Pa = Ф(0,79)
Sehingga : Pa = 0,8
Jadi, keandalan material baja dalam bujur sangkar yang dihitung dengan menggunakan metode AFOSM adalah sebesar 80%.






BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1)      Persamaan Moda Kegagalan dalam kasus ini adalah M = 246,49 EI – P
2)      Random variable adalah semua variabel
3)      Indeks keandalan material bajadengan menggunakan metode Advanced First Order Second Moment (AFOSM) adalah sebagai berikut :
β                         =  0,79
Pa(Ф(β))             =  0,8
Pg                       =  80%
4)      Dari permasalahan di atas  bisa disimpulkan :
    1. Metode AFOSM sangat efisien dalam menghitung peluang kegagalan maupun kesuksesan. Karena input yang diperlukan hanya mean dan standar deviasi yang didapatkan dari survey maupun dari perhitungan data empiris. Selain itu dengan metode ini, kita tidak perlu mengetahui jenis distribusi yang memenuhi permasalahan kita.















DAFTAR PUSTAKA

Kottegoda, Nathabandu T. 1998. Statistic, Probability, and Reliability for Civil and Environmental Engineers. United States: The Mc Graw Hill Companies, Inc.
Nowark, Andrzej S, 2000. Reliability of Structures, Singapore : The Mc Graw Hill Companies, Inc.
Rosyid, Daniel Mohammad. 2007. Pengantar Rekayasa Keandalan. Surabaya: AirlanggaUniversity Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar