Pemanfaatan Metode Statistika Pada
Pengendalian Mutu
Oleh: Haslizen Hoesin
Pengantar
Orang banyak bertanya, bagaimana
meningkatkan mutu produk kegiatan usahanya. Jawaban pertanyaan itu:
Pertama-tama seseorang harus
memahami selengkapnya ketidak sempurnaan manusia. Kemudian harus memahami
pula, bahwa pengetahuan yang ditangani sekarang tidak lebih dari dasar untuk
hipotesis selanjutnya. Setelah memahami metoda berpikir demikian, gunakan
untuk lebih mendalami pemahaman terhadapproses produksi dan jalan/cara
untuk memperbaikinya.
Bila perbaikan dilakukan untuk
kerusakan (diambil) berdasarkan pengetahuan penyebab kerusakan yang tidak
benar, usaha tersebut merupakan usaha sis-sia.
Langkah pertama, dalam menemukan penyebab yang betul adalah
pengamatan yang seksama terhadap gejala. Langkah kedua, setelah
pengamatan yang seksama, maka penyebab yang betul akan muncul.
Kedua adalah mengurangi
kerusakan produksi, dengan kata lain mengendalikan kerusakan.
Pekerjaan mengurangi kerusakan produksi disebut juga “mengendalikan
mutu produk.” Mengendalikan kerusakan itu berbagai cara: (1). Mencari langsung
penyebab, ini merupakan pendekatan lurus dan secara sepintas kelihatannya
efisien. Tetapi dalam banyak hal penyebab yang didapat dengan cara pendekatan
tersebut adalah tidak benar. (2) Dilakukan saat akan dipasarkan (dijual),
satu dari beberapa cara adalah mengambil yang rusak (cacat), tapi itu tidak
menyelesaikan masalah.
Dari kedua cara diatas yang harus
dilakukan adalah mencari apa penyebab kerusakan, kerusakan dapat dihindari
bila ditemukan penyebab dan penyebab itu dihilangkan. Banyak cara dapat
dilakukan untuk menemukan penyebab kerusakan, satu diantaranya
dengan intuisi pekerja, ini sangat tergantung pada pengalaman dan
keahlian, keahlian ini membutuhkan waktu yang lama. Setelah diamati ternyata
kerusakan itu banyak dan bervariasi. Diketahui pula bahwa
faktor penyebab itu banyak, menemukan penyebab kerusakan dari sejumlah
faktor disebut “diagnosis proses.”
Sebelum anda melanjutkan membaca tulisan ini sebaiknya baca terlebih dahuluApakah Mutu dan bermutu itu? https://lizenhs.wordpress.com/2011/05/07/apakah-mutu-dan-bermutu-itu/
Kerusakan yang banyak dan bervariasi itu disebut data. Dari sekumpulan datakerusakan dicari yang dominan. Cara untuk menemukan penyebab kerusakan yangdominan dari sekumpulan data dilakukan dengan analisis statistika. Jadi untuk mencari yang dominan dari sekumpulan data, alat yang banyak digunakan orang saat ini adalah metode statistika.
Sebelum anda melanjutkan membaca tulisan ini sebaiknya baca terlebih dahuluApakah Mutu dan bermutu itu? https://lizenhs.wordpress.com/2011/05/07/apakah-mutu-dan-bermutu-itu/
Kerusakan yang banyak dan bervariasi itu disebut data. Dari sekumpulan datakerusakan dicari yang dominan. Cara untuk menemukan penyebab kerusakan yangdominan dari sekumpulan data dilakukan dengan analisis statistika. Jadi untuk mencari yang dominan dari sekumpulan data, alat yang banyak digunakan orang saat ini adalah metode statistika.
Bila menggunakan statistik sebagai
alat, ini berarti mengarah keobyektifitas dan ketelitian pengamatan.
Keuntungan berpikir secara statistik adalah:
1). Memberikan kepentingan yang
tinggi kepada fakta dari pada konsep abstrak,
2). Jangan mengekspresikan fakta
dalam istilah rasa dan ide. Pergunakan gambaran yang diturunkan dari
hasil pengamatan spesifik,
3). Hasil pengamatan ditemani
bersama-sama dengan kesalahan dan variasi, sebagai bagian dari yang
tersembunyi. Menemukan bagian yang tersembunyi merupakan tujuan puncak
pengamatan.
4). Menerima kecendrungan teratur
yang muncul dalam sejumlah besar hasil pengamatan sebagai informasi yang andal.
Berdasarkan paparan diatas, maka
pada tulisan ini disampaikan metode statistikayang terkait
langsung dengan pengendalian mutu. Metode statistika
pengendalian mutu tampaknya telah digunakan di berbagai Negara.
Jangan anda “kecut” bila mendengar
kata statistika, dan jangan pula dijadikan statistika sebagai “hantu” atau
“momok” yang mengerikan dan menakutkan, ingat ia adalah alat, ya alat
pengolah data berbentuk rumus yang
memiliki prosedur danlangkah-langkah, tak lebih dari itu. Ikuti
prosedur dan langkah-langkah rumus tersebut, lakukan berulang kali sampai mahir.
Bila telah mahir, berarti anda bisa dan ketakutan hilang seketika.
Kenapa harus takut pada rumus-rumus statistika buatan manusia. Sekarang
kan ada kalkulator dan computer.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat
membuka wawasan awal dan pengantarmemahami pengolah data
pengendalian mutu. Pengolahan data secara garis besar dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Pendahuluan
Dalam setiap kerja
ada penyebaran (dispersi).
Data
tanpa penyebaran adalah palsu.
Tanpa analisis statistika
(analisis mutu dan proses) tidak akan ada pengendalian yang efektif.
Kendali
mutu dimulai dengan diagram
kendali dan berakhir dengan diagram kendali.
Tanpa stratifikasi, tidak akan
ada analisis maupun kendali.
Sembilan puluh lima
persen (95%) masalah dalam perusahaan dapat diselesaikan dengan tujuh
alat kendali mutu.
Jadi metode
statistika harus menjadi akal sehat atau pengetahuan
bersama bagi semua insinyur dan teknisi dalam pengendalian mutu.
2. Tiga Kategori Disusun Menurut
Tingkat Kesulitan
Metode statistika dalam pelaksanaan
pengendalian mutu dibagi kedalam tiga kategorimenurut tingkat kesulitan.
Ishikawa mengatakan: “Satu dari tiga kategori tersebut harus dimiliki
insinyur dan teknisi yaitu Metode Statistika Dasar.”
2.1 Metode Statistika Dasar
(dikenal dengan sebutan “Tujuh Alat”).
Tujuh alat tersebut adalah:
1). Diagram
Pareto: prinsip vital few, trivial many (sedikit yang penting,
banyak yang sepele) [sebuah diagram dengan dua sumbu tegak (vertikal) dan satu
sumbu datar (horizontal)],
2). Diagram sebab akibat,
[(bukan benar-benar statistik), disebut juga diagram tulang ikan atau pohon
atau sungai] untuk mengidentifikasi sebab]. Diagram ini menunjukkan
hubungan antara karakteristik mutu dengan faktor,
3). Stratifikasi [mengidentifikasikan
sumber variasi dari kumpulan data, mengidentifikasi data sesuai dengan
bermacam-macam faktor],
4). Lembar
periksa [formulir berisikan item yang perlu diperiksa sehingga data dapat
dikumpulkan dengan mudah dan singkat],
5). Histogram [sebuah
diagram, terdiri dari sumbu datar (horizontal) yaitu sumbu interval (kelas) dan
tegak (verikal) yaitu sumbu frekuwensi]
6). Diagram
penyebaran [analisis korelasi melalui penentuan median; dalam beberapa hal
penggunaan kemungkinan binomial]
7). Grafik dan diagram
pengendalian [diagram pengendalian Shewhart]
Yang tercantum diatas disebut juga “tujuh
alat” sangat diperlukan bagi kendali mutudan digunakan oleh setiap
orang dalam perusahaan: direktur utama, direktur,manajemen
madya, mandor dan pekerja lini. Alat-alat itu juga digunakan
dalam berbagai divisi, tidak hanya divisi pembuatan, tetapi juga
pada devisi
perencanaan,desain, pemasaran, pembelian dan teknologi.
Berdasarkan pengalaman Ishikawa (di
Jepang), sebanyak 95% dari seluruh masalah di dalam perusahaan dapat dipecahkan
dengan menggunakan alat-alat (tujuh alat) tersebut. Ketujuh alat yang tidak
dapat diabaikan itu kadang-kadang dinamakan jugatujuh alat bengkel. Jika
seseorang tidak dilatih untuk menggunakan ketujuh alat elementer yang
sederhana itu, ia tidak dapat diharapkan akan menguasai metode-metode yang
lebih sulit pada pengendalian mutu.
Di Jepang, pada
kenyataannya manajemen puncak hingga pekerja lini dapat
menggunakan alat yang cukup penting itu. Tingkat pemanfaatannya barangkali
paling baik di dunia. Lebih dari 99.9 % orang Jepang lulus dari sekolah
menengah dan 92-93% lulus dari sekolah menengah tingkat atas, mereka tidak akan
menemukan kesulitan dalam menggunakan alat-alat yang sederhana ini (“tujuh
alat”): kata Ishikawa.
Bersamaan melatih para pekerja
menggunakan alat kendali (tujuh alat), mereka juga dilatih dalam masalah-masalah
dasar berikut, yaitu:
1). Konsep
mutu – menghargai konsumen, percaya pada fakta bahwa proses
berikutnya adalah pelanggan dan perasaan terhadap jaminan mutu.
2). Prinsip dan
pelaksanaan mengenai manajemen dan perbaikan – gugus kendali, siklus
PDCA (plan, do, check dan action) dan cerita kendali mutu.
3). Cara berpikir
menurut statistik – Data mempunyai distribusi sendiri dan menyebar.
Dengan mengetahui ketiga hal
tersebut, para pekerja harus dapat menggunakan data untuk membuat suatu
perkiraan statistik dan mengambil keputusan terhadap tindakan apa yang harus
diambil atau merencanakan pengujian statistik yang sesuai dan sebagainya.
2.2 Metode Statistika Tingkat
Menegah
Metode ini meliputi:
Teori sampling
Statistik pemeriksaan sampling
Berbagai metode membuat perkiraan
dan pengujian statistik.
Metode penggunaan pengujian indera
(sensory test)
Metode desain percobaan.
Metode-metode ini diajarkan kepada
insinyur dan anggota-anggota divisi promosi kendali mutu. Menurut
Ishikawa metode-metode ini telah digunakan secara efektif di Jepang.
2.3 Metode Statistika Tingkat
Lanjut (Sekaligus Menggunakan Komputer).
Metode ini mencakup:
1). Metode desain percobaan tingkat
lanjut.
2). Analisis Multivariat.
3). Berbagai metode riset
operasional (Operation Research – OR)
Hanya para insinyur dan teknisi
dalam jumlah terbatas dididik mengenai metode statistik tingkat lanjut ini,
yaitu untuk menangani analisis proses dan analisis mutuyang amat
rumit. Metode tingkat lanjut ini menjadi dasar dalam menetapkan teknologi
tinggi dan juga bagi ekspor teknologi.
3. Masalah-masalah yang
Berhubungan dengan Pemanfaatan Metode Statistika Dalam Industri
Ishikawa berkata: “Lebih dari
30 tahun sejak pertamakali mulai menggunakan metode statistika dalam
Industri. Selama periode itu telah ditemui sejumlah masalah.” Dalam
mempromosikan kendali mutu statistika digunakan selogan “marilah
berbicara dengan data” (“marilah memanfaatkan metode statistika”). Walau
telah diusahakan, masih ada saja masalah yang tidak terpecahkan.
Masalah-masalah itu adalah:
1). Data Palsu dan data yang
tidak konsisten dengan fakta
Dua hal yang berbeda yaitu data dan
fakta. Yang pertama terjadi jika data diciptakan atau direvisi secara
palsu. Yang kedua terjadi jika data yang salah dihasilkan karena mengabaikan
metode statistika. Mengapa orang dengan sengaja membuat data palsu atau
merevisi data? Hal ini sering terjadi di perusahaan-perusahaan yang
sentralisasinya tinggi dan yang manajemen puncaknya terbiasa memberikan
perintah. Data palsu dibuat jika orang-orang pada manajemen puncak tidak
mempunyai pengertian tentang penyebaran (dispersi) dalam statistika.
2). Metode yang jelek
mengenai pengumpulan data
Menurut Ishikawa, ia sering
menemukan data yang diubah sehingga menyimpang. Hal ini diakibatkan oleh
kenyataan bahwa metode sampling, metode pendefisian dan metode analisis
pengukuran yang tidak memadai.
Jika terdapat kesalahan dalam data,
kita tidak dapat menentukan apakah tujuan perlindungan lingkungan dapat
bebar-benar dicapai atau tidak. Sayangnya peraturan-peraturan yang
dikeluarkan pemerintah sering tidak memperhitungkan kesalahan-kesalahan yang
terdapat dalam mengumpulkan data statistik.
3). Nilai Abnormal
Data di masyarakat pada umumnya di
industri sering data kotor, mengandung nilai-nilai abnormal: kata
Ishikawa. Ini disebabkan oleh masalah-masalah 1 dan 2 diatas.
Apakah data itu harus digunakan atau tidak? Apakah data yang mengandung
abnormal itu akan dipertahankan atau tidak, merupakan suatu persoalan yang harus
ditentukan dengan mempertimbangkan untuk apa data itu dan tindakan apa yang
harus diambil berdasarkan data itu.
4). Penerapan Metode yang
Salah
Orang-orang yang kurang pengalaman
sering membuat kesalahan dalam menggunakan metode statistika. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya pengertian tentang teori statistika dan model-model
struktur. Untuk mengatasi masalah ini adalah carilah spesialis-spesialis
yang berpengalaman untuk mengawasi tugas para pemula.
4. Analisis Statistika
Dalam industri, metode statistika
adalah metode yang paling sering digunakan sebagai alat untuk analisis.
Dalam analisis ada dua kategori. Pertama adalahanalisis
mutu. Kedua adalah analisis proses.
Analisis mutu adalah analisis
dengan bantuan data dan metode statistika, untuk menentukan hubungan antara karakteristik
mutu sebenarnya dan karakteristik mutu pengganti.
Analisis proses adalah
analisis yang menjelaskan hubungan antara faktor-faktor penyebab dalam proses
dan pengaruhnya terhadap: mutu, biaya, produktivitas dan
sebagainya. Pengendalian proses mencoba menemukan faktor-faktor
penyebab yang menghalangi lancarnya fungsi proses pembuatan. Oleh karena
itu diperlukan kerjakeras untuk dapat menemukan teknologi yang dapat digunakan
dalam pengendalian pencegahan. Harus diingat bahwa Mutu, biaya dan produktivitas adalah akibat atau hasil dari pengendalian
proses.
Sembilan puluh lima
persen (95%) dari analisis proses dapat dilaksanakan melalui
pemakaian ketujuh alat pengendalian mutu. Akan tetapi dalam
proses yang rumit diperlukan teknik yang lebih maju yaitu pemanfaatan computer,
ini merupakan keharusan.
5. Pengendalian Secara
Statistika
Dalam berbagai macam tindakan
pengendalian seperti siklus PDCA (plan, do, check dan action) satu masalah yang
timbul adalah bagaimana memeriksa hasil. Biasanya, jika segala sesuatu berjalan
dengan baik. Pemeriksaan, sesungguhnya tidak diperlukan. Namun,
jika terjadi hal yang tidak biasa, tanpa pengecualian semua tindakan
pengendalian harus dilakukan (diperiksa) untuk memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan.
Akan tetapi harus diingat bahwa
sebab-sebab yang dapat mempengaruhi proses pembuatan suatu produk dan semua
jenis pekerjaan lainnya (yang membentuk suatu proses) tidak terbatas.
Artinya hasil dari semua jenis pekerjaan akan disebar. Dengan kata
lain akan selalu ada distribusi statistik. Oleh karena itu, jika
memeriksa harus berpedoman pada konsep distribusi.
Alat yang paling mudah untuk tujuan
itu adalah diagram kendali sigma yang ditemukan Dr. W. A. Shewhart.
Di Jepang cara ini digunakan secara luas dalam pengendalian secara statistika.
Diagram kendali Shewhart yang
sering digunakan dalam “Pengendalian Secara Statistika” adalah: diagram
kendali X-R, diagram kendali X-s, diagram
kendalip, diagram kendali np, diagram
kendali c dan diagram kendali u. Tentu saja,
diagram-diagram kendali itu dapat diperbaiki, walau bagaimanapun penggunaan ke
6(enam) diagram kendali Shewhart, telah cukup banyak memberikan
keuntungan dalam peningkatan mutu produk (industri).
6. Metode
Statistika dan kemajuan Teknologi
Penggunaan metode statistika,
termasuk metode yang paling canggih, telah berakar kuat di Jepang. Akan
tetapi, tidak boleh dilupakan ketujuh alat yang sederhana itu.
Artinya, jika seseorang belum menguasai ketujuh alat itu, maka dia tidak
dapat diharapkan menggunakan alat-alat yang lebih canggih.
“Mengurangi kerusakan-kerusakan,
memperbaiki proses produksi dan peningkatan produktivitas tidak dapat
dipisahkan dari penggunaan metode statistika”: kata Kume. Melalui
penerapan metode statistikalah tingkat mutu bertambah
tinggi, keandalan meningkat dan biaya turun: kata
Ishikawa. Selanjutnya Ishikawa berkata: Kunci
keberhasilan adalah ketekunan dalam menggunakan analisis
proses dan analisis mutu tanpa gembar-gembor dalam jangka
waktu lama. Hal itu telah menghasilkan perbaikan teknologi.
Beberapa orang berpendapat
bahwa teknologi rekayasa meningkatkan teknologi danteknologi
manajemen memeliharanya. Ishikawa tidak menganut pendapat
tersebut. Ishikawa tidak dapat melihat perbedaan antara teknologi
rekayasa dengan teknologi manajemen. Yang disebut teknik
pengendalian merupakan bagian dari teknik yang benar (proses
technique). Semua teknologi yang ada harus dimanfaatkan untuk
berusaha menuju peningkatan mutu dan efisiensi. Ishikawa mengatakan: “sesudah
perang dunia II Jepang banyak mengimpor teknologi baru dari Barat.
Sekarang ini Jepang dapat mengekspor teknologinya ke barat”. Dalam skala besar,
hal inimerupakan hasil penerapan kendali mutu
statistika dan penggunaan analisis statistika, analisis
proses dan analisis mutu.
Lebih dari dua puluh tahun lalu
saya (Ishikawa) menulis: “Kami mencari hal-hal berikut bagi gerakan
kendali mutu yang baru. Kami mengharapkan dapat memproduksi produk-produk
yang baik dan murah dalam jumlah yang besar untuk diekspor dan melalui pencapaian
tujuan itu memperkuat pondasi ekonomi Jepang, memantapkan teknologi industri
dan menciptakan peluang untuk mengekspor teknologi. Bila ekonomi nasional
telah mempunyai pondasi yang kuat, dapat diharapkan perusahaan swasta membagi
kesejahteraannya kepada tiga golongan yaitu para konsumen, para
pekerja dan para pemodal. Bagi negara secara keseluruhan,
adalah mencari peningkatan standar hidup secara terus-menerus”. Sedikit
demi sedikit tujuan itu terwujud.
Tentu saja banyak masalah yang
belum terpecahkan dan selalu ada kesempatan bagi perbaikan terutama mengenai
penggunaan metode statistika.
Jika metode statistika dapat
menemukan jalannya ke bidang-bidang lain selain industri, barangkali Negara
secara keseluruhan akan menjadi baik.
7. Penutup
Bila Indonesia ingin kuat berarti
menguatkan perekonomian rakyat dan itu mengurangi penganguran. Jadilah
Indonesia Negara produsen baik barang pabrik maupun
pertanian/perikanan/peternakan/kehutanan [artinya olah dulu (sendiri),
kendalikan mutu, ini akan meningkatkan pendapatan, ketimbang mengirim (ekspor)
produk mentah]. Bukan sebagai Negara pembeli (konsumen). Bila
Negara pembeli maka Indonesia akan jadi tempat memasarkan produk Negara
penghasil (produsen), maka akan dikendalikan oleh produsen (penghasil).
Tak apa-apa mutu produk olahan sendiri diawalnya rendah, secara bertahap
ditingkatkan melalui pengalaman, latihan dan pendidikan. Jadilah
Indonesia Negara pengolah bahan mentah (produsen), itu semua tergantung pada
keinginan dan niat DPR dan kebijakan pemerintah. Apakah anda (DPR
dan pemerintah) ingin Indonesia Negara produsen atau konsumen? Pengusaha
(produsen) pemerintah, swasta, industri kecil dan menengah, anda jadi
pelaksananya dalam suatu sistem, artinya sebagian penduduk di galakkan
berwirausaha (produsen), bukan sebagai memproduksi sendiri-sendiri, sebagian
lagi wirausaha penjual (perantara). Produsen, penjual dan konsumen
bergabung dalam suatu organisasiyang saling menguntungkan (dalam suatu
sistem). Bila anda bergerak di bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan nelayan,
jadilah andapengusaha, bila petani jadilah pengusaha
tani [julukan yang diberikan Amran Nur (Walikota Sawahlunto) kepada para
petani Sawahlunto] atau pengusaha nelayanyang memahami mutu produk,
bukan petani tradisionl atau nelayan tradisionalyang
dikendalikan tengkulak atau petani/nelayan berdasi, bukan pula sebagai petani
penggarap ditanah sendiri atau petani ijon. Ayo para petani dan ayo para
nelayan lakukan peningkatan mutu produk anda dengan cara bertani/nelayan yang
baik, misal lakukan grading untuk produksi anda. Para nelayan jangan jual
ikan anda selagi ditengah laut. Ayo para konsumen Indonesia
gunakanlah/pakailah produk hasil kerja (usaha) penduduk Indonesia, maka anda
membantu mengurangi pengangguran. Mereka (produsen)
mungkin: anak-anak keluarga dekat anda, sahabat anda dan karib
kerabat anda, bila mutu produk mereka kurang memuaskan anda,
jangan berpikirpindah keproduk luar “apalagi membeli-nya”,
bersama-sama menasehati produsen (melatih dan mendidik mereka)
supaya mutu produksi mereka (dalam negeri) menjadi baik/meningkat [sesuai
dengan (mutu) keinginan anda atau mutu internasional] dan itu semua adalah
milik Indonesia. Disinilah diuji rasa kebersamaan memajukan bangsa dan
rasa bangga akan usaha (produksi) dalam negeri sebagai orang Indonesia.
Bila diolah dalam negeri, berarti menyerap tenaga
kerja danmemanfaatkan sumberdaya manusia dari sumberdaya
alam sendiri (anak-anak anda, sahabat anda dan karib
kerabat anda dan apa yang ada diatas dan didalam bumi sendiri) untuk
Indonesia. Bila menggunakan tenaga mancanegara (luar) mereka bekerja
(digaji) oleh perusahaan Indonesia bukan sebagai pemilik perusahaan.
Bisakah ini dilakukan? Semuanya terletak pada kebijakan (ditangan)
pemerintah dan DPR. Rakyat (pengusaha) dan pemakai/pembeli (konsumen)
berharap demikian, karena mereka tidak punya power untuk itu. Ayo
Indonesia Bangkit!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar